Senin, 23 Januari 2012

Junalisme Kampung untuk Kampung

by Leonardus

Kalau nenek moyang kami dulu membuat pantak tradisional, anak-anak muda Kampung Loncek berinisiatif membuat pantak modern. Yaitu menulis dan membuat buku tentang kampungnya sendiri, membuat pantak modern tentang kampungnya.

Ide ini disambut baik oleh teman-teman dari perkumpulan Mata Enggang, dengan mendatangkan 4 wartawan nasional, lokal Kalimantan Barat dan anggota AJI Kalimantan Barat, guna melatih sekitar 35 orang muda dan ibu rumah tangga untuk menulis, memotret, secara sederhana tentang sejarah kampung, tempat-tempat keramat dan juga kebudayaan topeng mereka.
Menulis ala teman-teman Mata Enggang, tidak lah sesulit yang kami bayangkan, seperti menulis di koran dan jurnal ilmiah. Mereka mengajarkan menulis seperti ngobrol di warung kopi. Atau menurut A. Alexander Mering, salah seorang instruktur Jurnalisme Kampung, menulis tak ubahnya memasak.
Mering juga mengatakan, bahwa selama ini yang membuat buku atau tulisan tentang kampung adlah para peneliti, wartawan, atau NGO. Khusus di Loncek, mulai dari proses pengumpulan bahan, wawancara, hingga editing dilakukan oleh orang Kampung setempat.
"Kami hanya membantu meningkatkan kapasitas para calon penulis saja, dan kali ini, kita ingin orang kampung menulis tentang dirinya sendiri," kata Mering.
Endi Jenggot, kontributor The Jakarta Post yang juga aktivis NGO Bio Damar, mengatakan bahwa selama ini orang kampung dijejali dengan informasi orang kota.
"Sekarang ini giliran orang kota membaca tulisan orang kampung," tukas Endi.
Laurensius Edi, fasilitator kegiatan mengatakan bahwa ini sejarah bagi Kampung Loncek, dimana 4 wartawan bertandang ke Loncek. Apalagi seorang spesialis Jurnalisme Kampung, yaitu Mering dari Mata Enggang.
"Malah mereka sudi memberi pelatihan dan membagi ilmunya dengan warga kampung loncek,"  kata Edi.




Minggu, 01 Januari 2012

Petani Karet Masa Depan


"Merambah hutan adalah masa lalu, bertani karet unggul adalah masa depan"

Demikian kira-kira yel-yel, para anggota KTM-Palambon Pucuk Baguas, usai mengikuti pelatihan pembibitan karet secara intensif di Pusat Diklat Pembibitan Karet, PSE milik Keuskupan Pontianak di Nyarumkop. Yel-yel tersebut diadaptasi dari Semboyan sekolah pencopet dalam film 'Alangkah Lucunya Negeri ini,' yang baru saja ditonton mereka saat pelatihan. Pelatihan pembibitan karet tersebut juga dimonitoring langsung oleh Kemitraan Indonesia dan World Bank, khususnya untuk program PNPM Peduli.
Dalam wawancara yang dilakukan oleh World Bank dan Kemitraan Indonesia, tanpa malu-malu para anggota KTM-PPB ini mengaku bahwa 'profesi' mereka sekarang adalah perambah hutan, menebang kayu untuk kelangsungan hidup, hanya para wanitanya saja yang tidak. Tetapi mereka sadar bahwa pekerjaan sebagai penebang pohon dan perambah hutan tidak dapat diharapkan selamanya untuk menyangga hidup.
"Kami sangat bersyukur, ada Kemitraan dan Bank Dunia yang mau memberikan pelatihan seperti ini," kata Leo, Ketua KTM-PPB, usai pelatihan. Leo saat ini adalah salah satu Ketua Rombongan perambah hutan di Loncek yang mengkoordinir lebih dari 12 orang anak buahnya di bawah 2 unit camp.

Wanita Muda Petani Karet

Wanita muda dari komunitas adat Dayak Salako ini sedang belajar menggunakan pisau okulasi, untuk mengambil matra entris dengan tepat dan benar saat pelatihan anggota KTM-PPB di Nyarumpkop Desember lalu. Mengembangkan perkebunan karet rakyat adalah salah satu cara kaum muda kampung Loncek, Kecamatan Sungai Ambawang untuk memperkuat basis dan mempertahankan komitas adat kampungnya dari ekspansi perkebunan kelapa sawit sekala besar belakangan ini.

Pelatihan Mengokulasi

Anggota KTM Palambon Pucuk Baguas dengan tekun mengikuti pelatihan pembibitan karet di laboratorium Diklat PSE Keuskupan Agung Pontianak, di Nyarumkop pertengahan Desember lalu. Selama sepekan para peserta digodok tidak saja mahir mengokulasi tetapi juga bagaimana memelihara, mengembangkan produk karet secara pastisipatif.

Biji Karet Lokal Pilihan untuk Batang Bawah

Untuk menyediakan batang bawah lokal yang bagus, dilakukanlah seleksi biji berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Biji terpilih disemai di tempat persemaian sebelum dipindahkan ke lahan 30 cm x 30 cm yang telah disediakan. Bibit biji karet lokal terpilih inilah yang kelak akan diokulasi dengan mata entris bibit unggul hasil pembiakan, sehingga menghasilkan bibit karet unggul yang kuat dengan produktivitas maksimal.

Nyangahatn Membuka Lahan Pembibitan

Seorang tetua adat memimpin ritual Nyangahatn, ritual doa kepada Jubata masyarakat Adat Dayak Salako untuk memohon berkat sebelum kelompok Muda Tani Palambon Pucuk Baguas (KTM-PPB) Loncek membuka lahan untuk pembibitan karet mereka.
Nyangahatn yang pertama dilakukan di Tempat Keramat Nek Balok, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur orang Loncek yang bernama Nek Balok yang dilaksanakan pada pukul 07.00 WIB, tanggal 22 November 2011. Sedangkan  nyangahatn kedua dilaksanakan pada sore harinya, tepat di lokasi tanah pak Alexander, yang dipinjamkan untuk lahan pembibitan karet selama program berlangsung. Seluruh anggota kelompok 15 orang hadir, saat nyangahatn tersebut.

Waspadai Serangan Bibit Karet Malaysia

Hanya ilustrasi saja
SINTANG - Anggota DPRD Kabupaten Sintang Yulius mengingatkan ancaman peredaran benih dan bibit karet dari Malaysia dan Thailand mengandung penyakit, mengingat dua negara tersebut saingan Indonesia dalam produksi lateks.

"Disengaja atau tidak, saya lihat ini sangat mengancam produktivitas karet di wilayah kita. Dengan kondisi tersebut, pemerintah bisa mengawasi ketat peredaran benih dan bibit itu dari dua negara tersebut," kata Yulius di Sintang, Kalimantan Barat, Sabtu (17/12/2011).

Menurutnya, ketika hasil penelitian menemukan ada potensi serangan penyakit tanaman karet yang sangat mematikan dan mengganggu produktivitas.

"Bisa saja memang ada faktor kesengajaan sehingga kewaspadaan harus ditingkatkan," imbuhnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium Proteksi Tanaman Perkebunan di Pontianak atas sampel bibit karet ilegal asal Malaysia yang beredar di Kecamatan Tempunak dan Tebelian, diketahui positif membawa penyakit berupa patogen fusarium dan helminthosporium.

Pemerintah daerah, katanya, juga seharusnya ketat melakukan pengawasan terhadap distribusi dan penggunaan bibit karet yang ada di masyarakat.

"Karena tidak semua sumber bibit karet yang sampai ke masyarakat adalah bantuan pemerintah," jelasnya.

Bibit karet bantuan pemerintah, ujarnya, bisa saja proses seleksinya ketat. Namun pengawasan distribusi benih dan bibit untuk kebun mandiri mestinya juga dilakukan.

"Ini jelas tugas pengawasan yang harus ditingkatkan karena kalau bantuan pemerintah itu lebih bersifat stimulus. Yang lebih besar adalah pembangunan kebun mandiri," ujarnya. (*)

Sumver: http://pontianak.tribunnews.com

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting Coupons