Kliping koran MI |
"Kita cek di internet," katanya singkat.
Maklumlah, di kampung, mana mudah menemukan koran, apalagi koran nasional, seperti Media Indonesia (MI) yang terbit di Jakarta.
Isi SMS itu cepat menyebar. "Berita KTM PPB, nongol 2 halaman Focus Media Indonesia". Demikian kira-kira isi SMS yang dikirim seorang kolega di Pontianak. SMS itu juga ternyata diterima para naggota KTM yang lain. Satu persatu mereka datang ke rumah Leo yang terletak di tengah-tengah kampung.
Ojoi, adik Leo lebih dulu menemukan Edi. Dia langsung memasang modem, dan memboyong netbook ke bawah pohon Sirsak, di depan rumah orang tua mereka. Karena hanya disitu signal dapat ditangkap. Sekarang tempat itu, sudah mirip tempat keramat, dibuat papan untuk meletakan laptop.
Walau pun cuma pemuda kampung, sejak masuknya program PNPM Peduli, bagi Ojoi, Leo dan beberapa anggota KTM PPB yang lain searching dan browsing di internet bukanlah barang baru. Mereka sudah punya facebook, walau jarang dipudate. Karena signal telepon di kampung itu memang buruk.
Benar saja, berita mereka berjudul ditemukan di link ini. Mereka mengira, wartawan media Indonesia, Aris Munandar yang pernah mereka undang untuk menanam karet bersama Endi kontributor The Jakarta Post di pusat pembibitan KTM-PPB ternyata menulis 2 halaman penuh cerita tentang mereka di rubrik Focus Nusantara, lengkap dengan photo-photonya. Sebagaimana yang terpampang epaper ini.
"Sidi nanak disangka uwa...," komentar Leo. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya,"sungguh tak disangka ya...,".
Kegembiraan anggota KTM Semakin lengkap, ketika keesokan harinya mereka diberitahu bahwa publikasi tentang mereka juga terbit di koran bahasa Inggris kelas internasional, yaitu koran The Jakarta Post dengan judul Rubber cultivated to protect family lands
"Disuatu sisi, dengan publikasi ini tugas kita sebagai orang muda, semakin berat dalam mempertahankan eksistensi kampung ini," kata Leo ke pada Edi nawang, mahasiswa asal Loncek, yang menjadi CO program ini di Loncek.